Ketika Kita Mencintai Si Dia Melebihi Cinta Kita Kepada Allah
Apakah kamu merasa mencintai si dia karena Allah?
Cobalah renungkan lagi...
Ketika si dia menelepon, kemudian kita tidak sempat mengangkatnya. Kita merasa sangat bersalah ketika si dia marah. Kemudian kita mati-matian meminta maaf kepadanya.
Tetapi bagaimana ketika Allah “menelepon” kita dengan seruan azan-Nya? Bahkan kita (mungkin) tidak pernah menjawab seruan-Nya. Lalu apakah setelah itu kita mati-matian meminta maaf dan beristighfar kepada-Nya?
Ketika malam minggu tiba, kita bertemu dengan si dia. Memadu kasih, bermesraan dan hingga lupa waktu.
Coba ingat seberapa singkatnya waktu yang kita pergunakan untuk bermesraan dengan Sang Pencipta ketika kita shalat?
Ketika waktu gajian tiba, kamu ajak si dia berbelanja. Kamu turuti permintaannya ini dan itu. Kamu ikuti semua keinginannya, dan kamu jauhi apa yang tidak disukainya.
Dan apakah kamu sudah tunaikan yang wajib? Apakah kamu sudah mengikuti Sunnah Rasulullah SAW? Lalu apakah kamu juga sudah menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT?
Ketika si dia tiba-tiba diam, tak mau mengangkat teleponmu, tak mau menjawab SMS mu. Seketika kamu langsung berinstrospeksi, mencari-cari kesalahan dirimu untuk meminta maaf kepadanya.
Namun tiba-tiba rezekimu sempit, usahamu pailit, dan perutmu melilit karena lapar. Kemudian kamu marah kepada Tuhan karena hidup ini tak adil. Mungkinkah Tuhan sedang marah? Mungkinkah Tuhan sedang menunggumu berinstrospeksi dan meminta maaf kepada-Nya?
Sekali lagi, apakahh kamu sudah yakin kamu mencintai si dia karena Allah? Apa kamu sudah yakin kamu sudah menempatkan Allah sebagai cinta tertinggimu?
Ketahuilah, Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk menyempurnakan agama dan ibadah kita. Kita terlena dengan gemerlapnya kehidupan dunia, kita terpesona dengan keelokan parasnya, kita tersentuh karena kelembutan hatinya. Tapi sadarkah kita bahwa dia ada di sisi kita atas izin Allah? Dia dihadirkan untukmu agar saling mengingatkan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.
Coba kita renungkan, ketika kita menikah dan duduk di pelaminan. Siapa orang yang paling dekat duduknya dengan kita? Tentu kekasih kita, pasangan hidup kita. Kemudian orang-orang yang kita sayangi dan menyayangi kita, orang tua dan keluarga dekat kita.
Lalu siapakah orang-orang yang kamu undang di pesta pernikahanmu? Tentu orang-orang yang kau kenal dan mengenalmu, yang sering menyapamu. Bagaimmana dengan orang yang sama sekali tidak pernah mengenalmu, tidak pernah menyapamu, bahkan tidak pernah mengingat namamu? Tentu tidak akan kamu undang.
Begitupun ketika Allah memanggil kita, menuju alam akhirat. Yang akan berada didekat-Nya adalah mereka yang menyayangi-Nya, mereka yang selalu mengingat nama-Nya dalam dzikir, mereka yang selalu menyapa-Nya dalam shalat, mereka yang rela berkorban untuk berjuang di jalan-Nya.
Semoga bermanfaat...
0 comments:
Post a Comment