Friday 24 October 2014

Membeli Kebahagiaan

Happines
Mangubay - 24 Oktober 2014. Dan akhirnya setelah sekian lama gue ga buka-buka lagi blog ini (karena kesulitan mencari koneksi gratisan, hehe..) sekarang gue bisa ngeblog lagi, ya walaupun tetap ga bisa intens karena buat gue ngeblog itu moody.

Well, sekarang gue udah beres kuliah n beberapa bulan lagi wisuda. Sambil nunggu wisuda gue buka usaha di rumah bareng masbro gue, jasa pengetikan. Niat buka usaha ini sebenernya udah lama direncanain, tapi baru sempet terwujud sekarang karena printer dan netbuk nya baru selesai menjalankan masa bakti menjadi partner setia gue selama kuliah. Sekarang mereka berbakti buat mencukupi kebutuhan gue sama masbro gue sehari-hari.

Beberapa bulan yang lalu masbro gue sakit gara-gara kena angin malem terus-terusan selama kerja di warnet. Pasca sakit doi resign dan memutuskan buat istirahat di rumah. Ga tega ngeliat si masbro nganggur ga ada kerjaan akhirnya diputuskan lah buat buka usaha ini. Di samping itu doi lagi ada masalah, pasca resign penghasilannya jadi carut marut dan akhirnya ditinggalkan oleh orang yang seharusnya setia mendampingi saat suka dan duka.

Ada pepatah "uang bukan segalanya" yang dibalas "segala-galanya harus dengan uang". Gue sepakat sama keduanya. Tapi sayang, tak banyak orang yang bijak dalam hal ini. Uang dianggap sebagai simbol kebahagiaan, banyak uang = lebih bahagia. Ga tau kenapa gue ga setuju, gue terlahir dari keluarga yang sederhana, untuk beli sesuatu harus dengan jerih payah sendiri, tapi keluarga gue bahagia. Sementara tetangga gue bergelimang harta, semua kebutuhan terpenuhi, tapi keluarganya kacau balau. Ga ngerti sama mereka, semua udah serba cukup tapi tetep aja ngeluh.

Gue ga akan buang waktu buat komentarin orang-orang kaya gitu, gue cuma mau bilang kalo yang namanya kebahagiaan itu ga ada yang jual, so kita ga akan pernah bisa membeli kebahagiaan itu berapapun dan dimanapun. Tapi kebahagiaan ada pabriknya, yaitu di dalam hati kita masing-masing. Kebahagiaan itu kita ciptakan untuk kemudian kita subsidi dengan orang lain yang kurang beruntung, dan pada akhirnya mereka pun bisa menciptakan kebahagiaan mereka masing-masing. MU

Related Articles

0 comments:

Post a Comment